Bioinformatika merupakan penggabungan
beberapa disiplin ilmu, seperti (tidak terbatas terhadap) matematika,
statistika, komputer, biokimia, genetika, dan biologi molekuler Istilah
bioinformatika dan komputasi biologi sering digunakan bergantian, tetapi dua
bidang ini memiliki fokus berbeda. Bioinformatika lebih berhubungan dengan
pengembangan software, koleksi dan penyimpanan informasi biologi (database), dan
metode visualisasi, sedangkan komputasi biologi lebih condong kepada
pengembangan algoritma, model matematika dan statistika dalam menganalisa
data-data biologi melalui bantuan komputer.
Bioinformatika berkembang pesat pada
pertengahan tahun 1990, sebagian besar disebabkan oleh Proyek Genom Manusia
(Human Genome Project) dan berkembangnya teknologi sekuen DNA . Proyek Genom
Manusia dimulai pada tahun 1990 dan berakhir tahun 2003, dengan berhasil
dipetakannya 3,3 milyar nukleotida pada manusia . Dengan adanya sekuen DNA
manusia ini, maka kita bisa menganalisis dan mengidentifikasi varian genetik
yang dapat meningkatkan resiko penyakit seperti kanker, diabetes, dan lainnya
dengan alat bantu bioinformatika .
Ada tiga tujuan utama bioinformatika:
1) mengorganisasi data yang mengizinkan peneliti untuk mengakses informasi
biologi yang ada ataupun memasukkan data baru, seperti pembuatan database/bank
data untuk menyimpan sekuen DNA/protein; 2) mengembangkan perangkat (tools) dan
sumber daya (resources) dalam menganalisa data biologi, seperti BLAST (Basic
Local Alignment Search Tool) yang merupakan tool dalam mencari sekuen homolog
pada protein atau DNA; 3) mengunakan tools tersebut dalam menganalisa data dan
menginterpretasikan hasilnya untuk mendapatkan informasi/pengetahuan baru,
seperti penggunaan tool ClustalW untuk multiple sequence alignment (menentukan
apakah beberapa sekuen DNA/protein memiliki hubungan).
Basis data memegang peranan penting
dalam bioinformatika. Beberapa bank-bank data yang tersedia seperti GenBank dan
DDBJ (bank data DNA), PDB (koleksi struktur makromolekuler 3D untuk protein dan
asam nukleat ), SWISS-PROT (bank data protein), MIPS Funcat (basis data anotasi
fungsi protein), UniGene (koleksi urutan gen yang berisi data lokasi gen pada
kromosom ), Ensembl (basis data keterangan otomatis pada genom ), SGD (basis
data sekuen DNA ragi), MGI (basis data informasi genetika pada penelitian tikus
), dan basis data lainnya.
Bioinformatika dalam Dunia Kedokteran
Perananan Bioinformatika dalam bidang
klinis ini sering juga disebut sebagai informatika klinis (clinical informatics).
Aplikasi dari clinical informatics ini adalah berbentuk manajemen data-data klinis
dari pasien melalui Electrical Medical Record (EMR) yang dikembangkan oleh
Clement J. McDonald dari Indiana University School of Medicine pada tahun 1972 .
McDonald pertama kali mengaplikasikan EMR pada 33 orang pasien penyakit gula
(diabetes). Sekarang EMR ini telah diaplikasikan pada berbagai penyakit. Data
yang disimpan meliputi data analisa diagnosa laboratorium, hasil konsultasi dan
saran, foto ronsen, ukuran detak jantung, dll. Dengan data ini dokter akan bisa
menentukan obat yang sesuai dengan kondisi pasien tertentu. Lebih jauh lagi, dengan
dibacanya genom manusia, akan memungkinkan untuk mengetahui penyakit genetik seseorang,
sehingga personal care terhadap pasien menjadi lebih akurat.
Bioinformatika dalam Dunia Jaringan
Saat ini, biologi telah berkembang
tidak lagi di alam makro atau mikro, tetapi sudah merambah ke tingkat
molekuler. Karena itu, disiplin bioinformatika juga berkembang ke arah tersebut
dengan banyak menyajikan data biofisik dari molekul protein dan asam nukleat
yang menjadi sentral dalam perkembangan ilmu bioinformatika. Hal ini jelas
sebab kedua senyawa tersebut menjadi kunci dalam proses kehidupan.
Sumber :
1) Edi, 2017, Bioinformatika,
Sumatra: Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) TIME.
2) Andi Utama,
2003, Peranan Bioinformatika Dalam Dunia Kedokteran.
3) Ni Made Suci
Sukmawati, 2015, Bionformatika, Denpasar: Laboratorium Biokimia Fakultas
Peternakan Universitas Udayana.